Saintho Valentino's

Personal Blog

 Tanpa Salam.

Pertama kali aku ada niatan buat nulis adalah saat  aku baca bukunya @shitlicious. Entah kenapa aku suka aja dengan cerita doi dalam bukunya yang berjudul Skripshit itu.
Terus pada suatu ketika aku baca blog-nya dan ada satu post-an dia yang bilang kurang lebih gini :
 "Jadi, Buku ShitLicious nggak dibuat dalam waktu singkat. Iya, berawal dari minat gue yang bawaannya suka cerita, gue jadi suka nyeritain apapun yang gue alami setiap saat kepada orang2 sekitar. Karena hobby itulah, gue jadi demen buat nulis. Karena apa? karena kalo kita cerita secara lisan, suatu saat orang bisa aja lupa ama apa yang udah kita bicarakan sebelumnya. Tapi kalo kita mau menuliskan cerita kita, orang nggak bakal lupa karena mereka pasti memperhatikan setiap detail tulisan kita."

Lalu aku jadi teringat dengan kata-kata salah satu penyair kenaamaan Indonesia; Pramoedya Ananta Toer, beliau bersabda dalam bukunya "Bumi Manusia", yang bunyinya :
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." 

WEW! Menulis adalah bekerja untuk kebadian...
Apa sebenarnya maksud kata-kata ini?
Apakah maksudnya ketika kita menulis maka kita enggak bisa mati gitu?

Emm.. ini mungkin, tapi menurutku maksud kata-kata itu adalah bahwa mbah Pram menyadari betul kalau kita adalah makhluk yang fana, dan pada saatnya nanti kita terkubur dalam tanah, tubuh kita pun akan hancur, tapi tidak dengan tulisan di BATU NISAN!
Aha! Iya, pada hakekatnya tulisan di batu nisan akan abadi bukan? Tapi masuk agak dalam ke bawah, ternyata terdapat proses pembusukan tubuh kita menuju kehancuran. (Ia akan hilang didalam masyarakat)
Bahkan ketika 10 sampai 20 tahun (atau selamanya?)  kedepan tulisan-tulisan itu masih terpampang nyata dalam batu nisan. Dan secara tidak langsung kita telah mencetak sejarah kita sendiri bahwa kita pernah dan telah mati di tempat ini pada tanggal ini, dst.

Heuheueheu
Jangan panas dalam dulu baca tulisan di atas ya...

Mbah Pram memang benar, menulis adalah bekerja untuk keabadian. Kenapa bekerja? karena dalam prosesnya kita menulis, kita mengeluarkan cukup banyak tenaga dan pikiran.
Nah... inilah keabadian yang kita cari; pemikiran.

Contoh nyata dari keabadian pemikiran yang ditulis adalah mbah Pram itu sendiri. Karya-karya beliau sampai sekarang masih hidup dalam masyarakat. Lebih dari 50 karya telah dihasilkan oleh beliau dan bahkan menurut wikipedia karya-karya tersebut telah diterjemahkan dalam 41 bahasa.

Benar kata bang Alit aka @shitlicious, buah pemikiran yang kita tuangkan dalam bentuk lisan akan mudah untuk terlupakan. Artinya kalo misal ada orang ngomong tentang sesuatu dan karna satu dan lain hal kita lupa akan kata-kata orang tersebut, maka kemungkinan untuk kita bisa tau secara detail kata-kata tersebut dengan berusaha mengingatnya sangat kecil. Atau bahkan ketika kita ingin mendengar lagi kata-kata tersebut dari orangnya langsung juga banyak batu kerikilnya, misal dia udah mati. Jadi, hilang sudah pemikiran cemerlang dari orang tersebut.

Tapi, ketika negara api menyerang pun, tulisan tetap abadi.
Bener, Socrates aja yang gak pernah menghasilkan karya tulisan buktinya masih tetap hidup dalam masyarakat berkat tulisan murid-muridnya, di mana salah satunya adalah Plato.
Artinya, tulisan Plato-lah yang membuat Socrates ada sampai sekarang. Socrates yang lahir 470 SM ini ternyata namanya serta pemikirannya masih ada dalam kehidupan masyarakat, bahkan akhirnya kutulis dalam artikel ini di tahun 2016 | 470 SM - 2016 = lama -- abadi.


Yhaaa..
Pada intinya aku seneng nulis. Di samping itu aku juga seneng baca. Tapi, tidak jarang juga aku tertarik untuk mendengar. Maka dari itu aku memulai mbikin blog ini untuk sekedar menuangkan apa-apa saja pengalaman yang telah aku tulis, baca dan dengar dalam bentuk tulisan, karna;
Menulis adalah bekerja untuk keabadian.



Next PostNewer Posts Home